PDM Kabupaten Ende - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Ende
.: Home > Artikel

Homepage

SMA Muhammadiyah Ende: Sedot Minat Banyak Orang Kristen

.: Home > Artikel > PDM
15 Desember 2015 18:46 WIB
Dibaca: 1384
Penulis : Izza Rohman

 
foto: foto2.data.kemdikbud.go.id
 
 
Jakarta – commongroundnews.org | Di manakah kita bisa menjumpai sekolah-sekolah milik sebuah organisasi Muslim yang mayoritas siswanya adalah non-Muslim?
 
Hubungan Kristen-Muslim di Indonesia sering kali dihubungkan dengan konflik, ketidakharmonisan dan permusuhan. Karenanya, mungkin cukup mengejutkan bagi banyak orang kalau ternyata sekolah-sekolah semacam itu ada di berbagai tempat di Indonesia.
 
Di beberapa wilayah kantong Kristen, Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah mendirikan sejumlah sekolah di mana, tak jarang, 50 sampai 75 persen siswanya beragama Kristen. 
 
Fenomena menarik ini bisa dijumpai di beberapa pulau kecil di Indonesia, misalnya di daerah Ende di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, dan di daerah Serui di Pulau Yapen, Papua, yang mayoritas penduduknya beragama Protestan. 
 
Hal ini menjadi sorotan Dr. Abdul Mu‘ti, dosen senior di Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang sudah mengadakan riset lapangan di beberapa wilayah kantong Kristen tersebut. Temuan-temuannya dipaparkan dalam International Research Conference on Muhammadiyah yang belum lama ini diadakan di Universitas Muhammadiyah Malang.
 
Orang tua yang beragama Kristen sering kali lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah Muhammadiyah lantaran mutunya dan rendahnya biaya sekolah, di samping karena sekolah-sekolah Muhammadiyah ini juga memberikan mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Mereka lebih memilih untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk berinteraksi dengan Muslim, meskipun sekolah-sekolah Kristen di daerah mereka juga ada – seperti di Ende misalnya. 
 
Ini menandakan bahwa komunitas Kristen di sana sangat mempercayai lembaga-lembaga pendidikan ini. Mereka tak khawatir kalau-kalau belajar di sekolah Muslim akan mengancam keyakinan agama anak-anak mereka. Mereka bahkan tidak memandang perbedaan agama sebagai suatu masalah, dan malah mengedepankan kemiripan agama-agama. 
 
“Islam dan Katolik memiliki banyak kesamaan. Keduanya untuk kebaikan orang,” kata seorang wali siswa Katolik taat di Ende. Sebagian orang tua memandang interaksi antaragama, sekaligus ciri keislaman sekolah-sekolah Muhammadiyah di sana, sebagai sesuatu yang positif yang tidak bisa dijumpai di sekolah-sekolah negeri atau sekolah-sekolah swasta lainnya. 
 
Baik SMA Muhammadiyah Ende maupun SMP Muhammadiyah Serui memberi para murid Kristen mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang diajarkan oleh seorang guru beragama Kristen pula. Bahkan, di sekolah Muhammadiyah Ende, mata pelajaran ini sudah diberikan sejak 1971, jauh sebelum undang-undang yang mengharuskan adanya pelajaran agama yang sesuai dengan agama masing-masing siswa dikeluarkan pada 2003. 
 
Di kedua sekolah, tidak saja kita bisa menemukan para guru Kristen yang mengajar kelas Pendidikan Agama Kristen, namun juga guru-guru Kristen yang mengajarkan mata pelajaran lain kepada siswa Kristen maupun Muslim. Para guru ini merasa pengalaman bekerja di sekolah-sekolah Muslim membantu mereka memahami Islam dan Muslim, pandangan yang juga dimiliki oleh sebagian besar siswa. 
 
Seperti diungkap oleh penelitian Mu‘ti, siswa Kristen maupun siswa Muslim memandang pengalaman di sebuah lingkungan multi-agama sangat membantu untuk membina kerukunan beragama. 
 
Alih-alih menjadi sumber ketegangan antaragama, keberadaan sekolah-sekolah yang dikelola oleh organisasi-organisasi Muslim seperti Muhammadiyah telah terbukti bisa menjembatani berbagai komunitas agama yang berbeda, dan berfungsi sebagai ruang yang aman bagi perjumpaan antaragama. 
 
Dengan adanya anak-anak muda yang tumbuh di sebuah lingkungan yang dicirikan oleh kohabitasi keagamaan yang damai di sekolah-sekolah organisasi Islam di daerah-daerah kantong Kristen dan di tempat lain, kita bisa mengharapkan terwujudnya dunia yang lebih damai, inklusif dan toleran – tempat hidup yang lebih baik buat semua. 
 
 
###
 
* Izza Rohman ialah dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHAMKA
 
 

Tags: SMAMuhammadiyahEnde

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website